Rabu, 23 November 2016

Fungsi Dan Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial



Fungsi Dan Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah tauhid
Dosen Pengampu : Ni’mah Afifah S.Ag, M.Ag

 

Disusun Oleh :
Mutiara Pangestu                               (16620011)



JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA JOGJAKARTA
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada zaman modern ini banyak krisis yang harus dihadapi manusia, seperti krisis moneter, krisis pangan, krisis bahan bakar, dan yang patut kita renungkan adalah krisis iman.
Krisis iman dikarenakan kurangnya nutrisi rohani serta kurangnya fungsi tauhid dalam kehidupan sehari-hari manusia saat ini. sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status manusiawinya. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi sosial, dan berbagai macam kemunduran lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim
Hanya sedikit manusia yang dapat memanfaatkan fungsi dan menempatkan peran tauhid secara benar dan sesuai dengan keadaan zaman manusia sekarang ini. Maka dari itu, fungsi dari tauhid dalam kehidupan muslim perlu untuk diketahui sehingga manusia akan lebih termotifasi untuk memahami arti dari tauhid dan akan berusaha untuk menerapkannya pada kehidupan sosial atau bermasyarakat.




B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana peran tauhid dalam kehidupan social?
2.     Apa fungsi tauhid bagi kehidupan social ?

C.    Tujuan
1.     Mengetahui peran tauhid dalam kehidupan social
2.     Mengetahui fungsi tauhid bagi kehidupan social



BAB II
PEMBAHASAN
[1]Tauhid, yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia Subhanahu wa Ta’ala mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
[2]Seseorang yang mengenal allah atau ma’rifatullah pasti akan tau tujuan hidupnya dan tidak tertipu oleh dunia. Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yng haris dipahami oleh manusia. Memahami ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang, berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena :
1.     Berhubungan dengan Allah
2.     Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.
[3]Ada beberapa cara yang harus dilalui untuk mengenal Allah:
1.     Ayat Kauniyah
Yaitu tanda-tanda tentang kekuasaan  Allah yang ada di alam. Yang terdiri dari alamiyah (fenomena alam) dan ijtimaiyah (fenomena social)
2.     Ayat Qauliyah
Yaitu tanda- tanda kebesaran allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Bisa dengan memahami Asmaul Husna

[4]Cara kita untuk senantiasa ingt kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa cara, yaitu:
1.     Senantiasa berdzikir meski hanya dalam hati
2.     Melohat benda-benda dan makhluk hidup di dunia sebagai sebuh ciptaan dn bentuk keagungan Allah
3.     Merasa selalu dilihat Allah dan diawasi oleh malaikat-malaikatNya
4.     Senantiasa membaca basmalah untuknmemulai berbagai kegiatan dan meniatkannya sebagai bentuk ibadah kepada Allah
5.     Mengadukan permasalahan dan bermunjat kepada Allah

 [5]Kedudukan Tauhid Dalam Islam
Kedudukan tauhid dalam ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.
Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam kalimat  “Laailaahaillallah”   yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha Pencipta ( Tauhidur Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya ( Tauhidul Uluhiyyah). Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi manusia. Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih superior atau interior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]
:artinya
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).
[6]Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim
Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern adalah :
1.      Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya piker kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”.
( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”  berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad  ila ‘ibadatillahi ”  atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
2.      Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.

Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?

atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).( QS. Al- Furqon : 43-44)

3.      Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan yang pasti berakhir dengan kehancuran. Contoh Hitler dengan tentara Nazinya, dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang dimilikinya.

4.      Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.

Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.

5.      Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.

Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing oleh perkembangan zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Dari pembahasan di depan dapat diketahui bahwa Tauhid mempunyai berbagai macam fungsi dan peran yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial yakni membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk, menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka, Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten, Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka. Maka jelaslah bahwa tauhid erat hubunganya dengan kehidupan sosial karena dengan ber tauhid manusia dapat mengetahui tujuan hidup mereka yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
 Dengan menancapakan kalimat Lailahailallah  dalam hati, maka akan diketahui bahwa segala hal bentuk penyembahan  terhadap sesama manusia merupakan suatu perbuatan yang bisa menduakan Allah SWT serta mengingkari kekuasaannya, karena Dialah yang menciptakan segala sesuatunya di alam ini, baik yang ada di langit maupun ada di bumi. Dan apabila semua ini dapat direalisasikan dalam kehidupan secara konsisten maka akan tercipta kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.




DAFTAR PUSTAKA
Tim PPK, Buku Pedoman Peserta Pendampingan Keagamaan. PPK: Yogyakarta, 2016.
Musthofa Drs, Khalili H.M, Karwandi, Tauhid. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarata, 2005.
http://www.fimadani.com/pengertian-tauhid-dan-pembagiannya/



[1] www.fimadani.com
[2] Tim PPK, Buku Pedoman Peserta Pendampingan Keagamaan. PPK: Yogyakarta, 2016. Hlm 11
[3] IBID. hal 11
[4] IBID. hal 11
[5] Musthofa Drs, Khalili H.M, Karwandi, Tauhid. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarata, 2005. hlm 79.

[6] IBID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar